Saat tidak ada kembali wakil Indonesia yang diinginkan naik tribune khusus Toyota Thailand Open 2021, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan datang memberikan keinginan. “Daddies” jadi salah satu yang masih ada di kompetisi tingkat Super 1000 sampai beberapa piluh menit sesudah Greysia Polii/Apriyani Rahayu disetop pasangan Korea Selatan, Lee So Hee/Shin Seung Chan, 16-21 18-21 di semi final.

Favorit dua sekalian pasangan ranking dua dunia ini diinginkan dapat melulutkan Lee Yang/Wang Chi Lin. Pasangan Taiwan yang difavoritkan di posisi enam itu, belum menang di tiga tatap muka paling akhir. Daddies diinginkan dapat perpanjang catatan kemenangan di tatap muka ke-9.

Rupanya, Lee Yang/Wang Chi Lin bukan musuh yang gampang ditaklukkan. Apa lagi ke-2 nya barusan juara minggu kemarin, menaklukkan pasangan senior Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong di pertandingan terakhir.

Pasangan nomor tujuh dunia rupanya betul-betul sanggup melayani kematangan Daddies. Di game pertama, Daddies tampil memberikan keyakinan. Lee/Wang nampak kesusahan untuk memperhitungkan penempatan-penempatan bola pasangan senior Indonesia.

“Pada game pertama kami ada di bawah tekanan; kami jaga kok tinggi, memungkinkannya mereka untuk merusak atau menggunting, dan kami selalu memburu kok dan tidak menggenggam kendalian. Jadi kami berasa tidak nyaman,” saya Wang seperti dinukul dari bwfbadminton.com.

Lee/Wang coba menangani penekanan. Ke-2 nya bermain semakin tenang dan taktis. Tanding hebat terjadi di game ke-2 . Score sempat pernah seimbang di angka 20, saat sebelum Lee/Wang ambil dua point paling akhir. Di game pemasti, Lee/Wang nampak makin optimis. Pasangan ini juga sukses mengakhiri perlawanan Daddies.

“Kemampuan kami bagus saat ini, dan kami punyai semakin banyak tenaga, bisa lebih cepat, untuk menggerakkan di depan. Kami lagi menggerakkan, dan bukan hanya bertahan. Awalannya kami takut dengan shooting datar mereka jadi kami lagi mengusung dan jatuh di pertahanan,” timpal Lee Yang.

Lee Wang/Wang Che capai final dalam dua kompetisi berturut-m

Kemenangan 14-21 22-20 21-12 dalam tempo 50 menit mengantarkan mereka ke partai final, sekalian dekatkan mereka ke tangga juara, menambahkan koleksi gelar di Impact Ajang, Bangkok.

Saat itu, luruhnya keinginan paling akhir membuat Indonesia harus gigit jemari. Apa ini penanda ketidakberhasilan keseluruhan di kompetisi ke-2 ini?